Sekitar bulan September 2012, isu teroris mengisi
pemberitaan di seluruh media di Indonesia. Tidak terkecuali media online
detikcom dimana aku bekerja waktu itu.
Sebenarnya ini klarifikasi saja, soalnya bapak Densus 88
(kata wartawan lain emang densus) terlalu melebih-lebihkan cerita.
______
Ketika itu, aku dan wartawan lain berkumpul mencari
klarifikasi up date berita terkahir terkait terorisme yang meninggal dan sedang
di autopsi di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur. Karena capek, ada 2 polisi penjaga berseragam
“leyeh-leyeh” di pelataran Musolla dekat dengan kamar jenazah.
Sebenarnya aku ingin melatih naluri wartawan, jadi kemudian
aku dekati mereka berdua. Aku ajak ngobrol “ngalor-ngidul” hingga sampai ke
keluarga-keluarganya. Alhasil kita pun akrab. Tapi berbeda dengan satu orang
polisi tak berseragam ini (densus), dia yang nikmat tidur tiba-tiba terbangun
dengan keberadaanku.
“Kamu siapa?” katanya.
Ya aku jawab wartawan, walaupun tampangku memang berbeda
dengan wartawan lain karena pakai batik dan tas gendong yang terlihat besar.
Hahaha, ya maklum lah kan baru awal jadi wartawann. Pak densus ternyata enggak
percaya begitu saja walaupun sudah aku tunjukin itu surat wartawanku.
“itu di tas bom ya?” tanyanya ke aku.
“Silakan pak periksa kalau enggak percaya,” jawabku. Ya
terang saja enggak ada, lha wong aku beneran wartawan, detikcom lagi, situs
berita terpopuler di Indonesia.
Hahaha, ya alhasil pak polisi densus itu cerita-cerita deh
sama wartawan lain. Nasib oh nasib
wkwkkwkwkwkwk kurang lengkapp... ini detik banget.
ReplyDeleteiya de kurang lengkap..mau benahin lepiku...biar bisa nulis panjaang
ReplyDelete