Saturday, March 2, 2013

Aku Wartawan, Bukan Teroris


Sekitar bulan September 2012, isu teroris mengisi pemberitaan di seluruh media di Indonesia. Tidak terkecuali media online detikcom dimana aku bekerja waktu itu. 

Sebenarnya ini klarifikasi saja, soalnya bapak Densus 88 (kata wartawan lain emang densus) terlalu melebih-lebihkan cerita.
______
Ketika itu, aku dan wartawan lain berkumpul mencari klarifikasi up date berita terkahir terkait terorisme yang meninggal dan sedang di autopsi di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur.  Karena capek, ada 2 polisi penjaga berseragam “leyeh-leyeh” di pelataran Musolla dekat dengan kamar jenazah. 

Sebenarnya aku ingin melatih naluri wartawan, jadi kemudian aku dekati mereka berdua. Aku ajak ngobrol “ngalor-ngidul” hingga sampai ke keluarga-keluarganya. Alhasil kita pun akrab. Tapi berbeda dengan satu orang polisi tak berseragam ini (densus), dia yang nikmat tidur tiba-tiba terbangun dengan keberadaanku.

“Kamu siapa?” katanya.

Ya aku jawab wartawan, walaupun tampangku memang berbeda dengan wartawan lain karena pakai batik dan tas gendong yang terlihat besar. Hahaha, ya maklum lah kan baru awal jadi wartawann. Pak densus ternyata enggak percaya begitu saja walaupun sudah aku tunjukin itu surat wartawanku. 

“itu di tas bom ya?” tanyanya ke aku.

“Silakan pak periksa kalau enggak percaya,” jawabku. Ya terang saja enggak ada, lha wong aku beneran wartawan, detikcom lagi, situs berita terpopuler di Indonesia.

Hahaha, ya alhasil pak polisi densus itu cerita-cerita deh sama wartawan lain. Nasib oh nasib

2 comments:

  1. wkwkkwkwkwkwk kurang lengkapp... ini detik banget.

    ReplyDelete
  2. iya de kurang lengkap..mau benahin lepiku...biar bisa nulis panjaang

    ReplyDelete